Ilmuwan dan Pakar dari Indonesia Yang Memilih Negara Lain
Sonny XL (1,216)
111 88 27-02-2013
0 suka
16-04-2014, 14:45:32
Bukan menjadi rahasia lagi apabila sekarang ini sudah banyak sekali orang-orang Indonesia yang pergi ke luar negeri untuk mengabdikan pengetahuan dan ilmunya di negeri orang daripada di negara sendiri.

Tentunya akan muncul beragam alasan kenapa mereka melakukannya atau lebih memilih negara lain sebagai tempat mulai dari riset sampai pengaplikasian ilmu yang di dapatnya. Dari banyaknya para orang-orang cerdas dari Indonesia ini, ternyata beberapa di antaranya lebih memilih untuk menjadikan negara luar sebagai 'kantor' mereka daripada harus berkutat di Indonesia.

Berikut ini ada beberapa ilmuwan, pakar dan orang-orang cerdas yang memilih jalur sains dan teknologi yang lebih memilih luar negeri sebagai 'tempat kerjanya.'

1. Ricky Elson

http://kickdahlan.files.wordpress.com/2013/10/selo-dahlan-iskan-ricky-elson.jpg

Mobil Selo buatan Ricky Elson dan Tim Kupu-Kupu Malam. Selengkapnya

Ricky Elson adalah seseorang teknokrat dari Indonesia yang menempuh pendidikan tinggi teknologinya sekaligus bekerja di Jepang. Dikutip dari tulisan di Wikipedia, dalam kurun waktu 14 tahun di Jepang, Ricky telah menemukan belasan teknologi motor penggerak listrik dan teknologi-teknologi tersebut telah dipatenkan oleh pemerintah Jepang.

Beberapa waktu lalu, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan meminta Ricky pulang ke Indonesia untuk membuat mobil listrik.

Setelah mobil listrik yang dinamakan Selo dan Gendhis tersebut jadi, ternyata pria yang dilahirkan di Padang, Sumatera Barat pada tahun 1980 ini harus gigit jari. Izin mobil listrik yang dibuatnya dengan Dahlan Iskan ternyata seperti digantung dan tidak ada kejelasan dari Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).

Akhirnya, Ricky memutuskan untuk kembali ke Jepang yang lebih menghargai jerih payah usahanya.

2. Nelson Tansu

http://www.loveindonesia.com/images/partner_news/24/238649/photo.jpg

Prof Nelson Tansu, PhD ini adalah seorang pakar teknologi nano yang dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 20 Oktober 1977. Menurut tulisan di Wikipedia, selain menjadi peneliti teknologi nano, Nelson juga menggeluti optoelektronika.

Sampai sekarang, sudah lebih dari 220 jurnal publikasi dan konferensi ilmiah tingkat internasional tentang semikonduktor,optoelektronika, fotonika, dan nanoteknologi, menjadi karyanya.

Selain itu, tidak sedikit dari penemuan-penemuannya yang kini digunakan oleh banyak orang di Amerika Serikat pada khususnya.

3. Khoirul Anwar

http://swa.co.id/wp-content/uploads/2014/03/Khoirul-Jepang-500x347.jpg

Pria asal Kediri ini adalah ilmuwan Indonesia yang sedang mengembangkan teknologi 4G berbasis OFDM. Khoirul Anwar merupakan alumni Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) yang meneruskan pendidikan di Nara Institute of Science and Technology (NAIST) dan memperoleh gelar magister pada tahun 2005 serta doktor pada tahun 2008.

Dikutip dari tulisan di Wikipedia, temuan Dr Khoirul Anwar ini akan teknologi 4G berbasis OFDM ini mendapatkan penghargaan Best Paper untuk kategori Young Scientist pada Institute of Electrical and Electronics Engineers Vehicular Technology Conference (IEEE VTC) 2010-Spring yang digelar 16-19 Mei 2010, di Taiwan.

Kini teknologi temuannya tersebut telah dipatenkan oleh sebuah perusahaan elektronik raksasa asal Jepang.

4. Johny Setiawan

http://sin.stb.s-msn.com/i/B8/85244044175D629E3059A76D6450.jpg

Johny Setiawan merupakan seorang peneliti di? Institut Max Planck untuk Astronomi di Heidelberg, Jerman. Pria asal Indonesia yang lahir pada tanggal1 6 Agustus 1974 ini berhasil memimpin sebuah kelompok astronom gabungan dari Eropa dan Brazil.

Dari arahan dan pimpinannya, maka ada penemuan yang menjadikan namanya melambung dalam ranah internasional yaitu ditemukannya planet luar tata surya yang diberi nama HD 11977 b.

Selain itu, ada pula beberapa planet lain yang berhasil dia dan kelompoknya ungkap seperti TW Hydrae, HIP 13044 b, HD 47536 c, HD 110014 b, HD 110014 c, HD 11977 b dan HD 70573 b.

5. Jim Geovedi

http://uniqpost.com/wp-content/uploads/2013/02/Jim-Geovedi-Hacker-Satelit-2-640x360.jpg

Pria asal Indonesia yang lahir pada tahun 1979 ini merupakan pakar IT terkenal baik di Indonesia atau juga di kancah internasional. Aksinya membelokkan satelit beberapa tahun silam itulah yang berhasil melambungkan pamornya. Aksi tersebut ia lakukan dengan meretas satelit tersebut dan mengubah orbit satelit tersebut. Karena itu, ia juga seorang hacker terkenal. Biografi

Dia sekarang bertempat tinggal di Inggris dan memulai bisnis yang berkaitan dengan teknologi dan keamanan.

6. Muhammad Arief Budiman

http://www.tempointeraktif.com/khusus/selusur/kisah.jenius/selusur_files/img02.jpg

Di sebuah ruang kerja di kompleks Orion Genomic, salah satu perusahaan riset bioteknologi terkemuka di negeri itu, seorang lelaki Jawa. Pada mulanya bercita-cita menjadi pilot, lalu ingin jadi dokter karena harus berkacamata sewaktu SMP, anak pekerja pabrik tekstil GKBI itu sekarang menjadi motor riset utama di Orion. Jabatannya: Kepala Library Technologies Group. Menurut BusinessWeek, ia merupakan satu dari enam eksekutif kunci perusahaan genetika itu.

Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari gen, pembawa sifat pada makhluk hidup. Peran ilmu ini bakal makin sentral di masa depan: dalam peperangan melawan penyakit, rehabilitasi lingkungan, hingga menjawab kebutu*an pangan dunia.

Arief tak hanya terpandang di perusahaannya. Namanya juga moncer di antara sejawatnya di negara yang menjadi pusat pengembangan ilmu tersebut: menjadi anggota American Society for Plant Biologists dan—ini lebih bergengsi baginya karena ia ahli genetika tanaman—American Association for Cancer Research.

Asosiasi peneliti kanker bukan perkumpulan ilmuwan biasa. Dokter bertitel PhD pun belum tentu bisa "membeli" kartu anggota asosiasi ini. Agar seseorang bisa menjadi anggota asosiasi ini, ia harus aktif meneliti penyakit kanker pada manusia. Ia juga harus membawa surat rekomendasi dari profesor yang lebih dulu aktif dalam riset itu serta tahu persis riset dan kontribusi orang itu di bidang kanker. Arief mendapatkan kartu itu karena, "Meskipun latar belakang saya adalah peneliti genome tanaman, saya banyak melakukan riset genetika mengenai kanker manusia," ujarnya.

Kita pun seperti melihat sepenggal kecil sejarah Indonesia yang sedang diputar ulang. Pada akhir 1955, ahli genetika (dulu pemuliaan) tanaman kelahiran Jawa yang malang-melintang di Eropa dan Amerika, Joe Hin Tjio, dicatat dengan tinta emas dalam sejarah genetika karena temuannya tentang genetika manusia. Ia menemukan bahwa kromosom manusia berjumlah 46 buah—bukan 48 seperti keyakinan ahli genetika manusia di masa itu ("The Chromosome Number of Man. Jurnal Hereditas vol. 42: halaman 1-6, 1956). Tjio—lahir pada 1916, wafat pada 2001—bisa menghitung kromosom itu dengan tepat setelah ia menyempurnakan teknik pemisahan kromosom manusia pada preparat gelas yang dikembangkan Dr T.C. Hsu di Texas University, Amerika Serikat.

7. B.J. Habibie

http://www.tokohtokoh.com/wp-content/uploads/2013/07/habibie-655x578.jpg

Mantan Presiden Republik Indonesia ketiga ini merupakan salah satu ilmuwan besar dibidang teknolog aeronautika. Ia mencetuskan beberapa teori berlian terkenal seperti Teorema Habibie, Faktor Habibie, dan Metode Habibie tentunya yang berhubungan dunia penerbangan.

Aeronautika adalah ilmu yang terlibat dalam pengkajian, perancangan, dan pembuatan mesin-mesin berkemampuan terbang, atau teknik-teknik pengoperasian pesawat terbang dan roket di atmosfer.

8. Dr. Warsito Purwo Taruno

http://4.bp.blogspot.com/_XMpM5pI0uWc/TGd5z9rvdeI/AAAAAAAAAtw/fQ632w669yI/s400/94310_dr--warsito_300_225.jpg

Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) adalah sistem tomografi 4D yang pertama di dunia. Perangkat ini menyerupai CT Scan dan MRI namun lebih unggul ECVT.

Temuan tomografi 4D oleh Warsito segera menjadi incaran sejumlah perusahaan bertaraf internasional dan sudah dipakai oleh beberapa lembaga antariksa Amerika (NASA), Exxon Mobil, BP Oil, Shell (perusahaan), ConocoPhillips, Dow Chemical, mistubishi Kimia termasuk Departemen Energi AS (Morgantown National Laboratory).

Sedangkan di Indonesia sendiri, teknologi ini digunakan untuk pemindaian tabung gas bertekanan tinggi, seperti kendaraan berbahan bakar gas Bus Transjakarta. Hingga saat ini, CTECH Labs Edwar Technology masih terus mengembangkan teknologi tomografi volumetric untuk berbagai aplikasi.

Pendiri pusat riset Center for Tomography Research Laboratory (CTECH Labs) telah menjalin kerja dengan lembaga riset dan universitas kelas dunia seperti Ohio State University (Amerika Serikat), National Natural Science Laboratory of Japan (RIKEN, Japan), Universitas Teknologi Nanyang (Singapore) dan Universiti Kebangsaan Malaysia (Malaysia).

Kalau Kata Pak Habibie...


Quote:
Sebanyak 48 ribu tenaga ahli berbagai bidang yang dipersiapkan pada zaman Soeharto oleh Menristek Prof Dr BJ Habibie waktu itu, tidak diketahui lagi keberadaannya. Sebagian besar mereka saat ini bekerja di beberapa negara Eropa dan Amerika.

"15 Tahun lalu, sebanyak 48 ribu insinyur berbagai bidang seperti ahli penerbangan, kapal yang kita sekolahkan ke luar negeri itu, kemana? Tidak banyak yang diketahui sekarang ini," kata Habibie saat menyampaikan orasi budaya di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di Tamantirto, Kasihan, Bantul, DIY, Sabtu (5/2/2011).

Menurut dia, sebagian besar dari mereka yang pernah disekolahkan ke luar negeri oleh pemerintah Indonesia saat ini banyak yang bekerja di luar negeri sebagai tenaga ahli bidang pesawat terbang, perkapalan dan industri strategis lainnya.

"Kita yang menyekolahkan mereka lima belas tahun lalu, tapi negara lain yang panen. Mereka banyak yang bekerja sebagai tenaga ahli di Eropa, Amerika bahkan di Brazil," kata mantan presiden ketiga Indonesia itu.

Habibie hadir dalam acara pembukaan rangkaian acara Milad 30 tahun UMY itu menyampaikan orasinya mengenai strategi pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam persaingan global.

Menurutnya, Indonesia sebagai benua maritim dengan segala kekayaannya itu mempunyai potensi sama dengan negara seperti Amerika atau pun Eropa.

Dia mengatakan untuk membangun peradaban Indonesia masa depan harus ada sinergi antara kebudayaan, agama dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu yang harus dipersiapkan sebagai landasan yang kuat adalah pendidikan agar sumber daya manusianya menjadi berkualitas.

"Saya berkeyakinan dengan SDM berkualitas yang menguasai Iptek bersama iman dan takwa itu akan menjadikan Indonesia unggul. Tidak ada alasan lagi untuk menjadikan Indonesia unggul," katanya.

Suami Ainun Habibie itu kemudian mencontohkan saat Indonesia mampu menciptakan pesawat terbang N250 - Gatotkaca. Pesawat itu merupakan 100 persen buatan putra-putri Indonesia, namun ternyata masih banyak orang yang meragukannya.

"Ini bukti nyata Indonesia memiliki kualitas SDM yang unggul. Tapi kemana lagi setelah itu. Dari 48 ribu tenaga ahli kita kemudian berkurang jadi 16 ribu. Sekarang yang ahli dirgantara kurang dari 3 ribu. Bila terus turun hingga nol ini memprihatinkan," pungkas dia.


Kata Rektor ITB...


Quote:
Namun Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Akhmaloka mengaku tidak khawatir dengan fenomena itu. Dia menilai, Justru dengan banyaknya ilmuwan Indonesia di luar negeri akan berdampak positif. Apalagi, para ilmuwan tidak bisa dicegah atau bahkan dilarang kerja di luar negeri.

Akhmaloka menuturkan pengalamannya sendiri ketika baru lulus kuliah di Inggris jurusan genetic engineering pada 1990-an. Saat itu dia langsung ditawari kerja selama tiga tahun di Inggris. Tetapi setelah meminta pendapat kepada profesornya di ITB, Akhmaloka akhirnya menolak tawaran itu. Meskipun saat itu di Tanah Air Akhmaloka belum tentu bisa mempraktikkan ilmunya mengingat masih langkanya genetic engineering.

Dia bisa memahami alasan ilmuwan yang memilih melakukan penelitian untuk negara lain. Ada perasaan tidak berguna yang dialami ilmuwan muda yang baru lulus kuliah di luar negeri ketika tiba di Tanah Air. Mereka masih muda, bahkan mungkin sudah menyandang gelar doktor atau profesor, tetapi hasil pendidikannya selama ini tak mendapat tempat ataupun dihargai.

Doktor muda kan semangatnya tinggi, ada perasaan ilmunya tak berguna. Inilah yang kadang-kadang menyebabkan teman-teman kita itu ke luar negeri. Jadi saya tidak ingin mencegah mereka, tetapi tentu kita harus membangun sistem kita di dalam negeri sebaik mungkin, kata Akhmaloka kepada Okezone, belum lama ini.

Selain itu, penghargaan terhadap saintis di dalam negeri juga jauh lebih kecil ketimbang di luar negeri. Di dalam negeri, tambahnya, pernah muncul keprihatinan tentang nasib peneliti lembaga pengetahuan negeri tetapi tunjangan atau gajinya sangat kecil meskipun bergelar profesor.

Menurut Ketua Panitia Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2013 itu, aspek lain yang tidak kalah penting adalah sarana dan prasarana penelitian, seperti laboratorium-laboratorium untuk berbagai jurusan teknik yang masih minim. “Seorang peneliti nanoteknologi tentu akan mati langkah ketika tidak ada laboratorium nanoteknologi,” tuturnya.

Maka dengan kondisi itu, ungkap Akhmaloka, para peneliti pun berpaling ke luar negeri. Sebab, di sana mereka bisa menyalurkan ilmu, menemukan laboratorium, termasuk kesejahteraan.


Yang tetap milih di Indonesia :


Prof Yohnes Surya

http://roci.or.id/iro2011/images/profil/surya.jpg

Yohanes Surya lahir di Jakarta pada tanggal 6 November 1963. Ia mulai memperdalam fisika pada jurusan Fisika MIPA Universitas Indonesia hingga tahun 1986, mengajar di SMAK I Penabur Jakarta hingga tahun 1988 dan selanjutnya menempuh program master dan doktornya di College of William and Mary, Virginia, Amerika Serikat. Program masternya diselesaikan pada tahun 1990 dan program doktornya di tahun 1994 dengan predikat cum laude. Setelah mendapatkan gelar Ph.D., Yohanes Surya menjadi Consultant of Theoretical Physics di TJNAF/CEBAF (Continous Electron Beam Accelerator Facility) Virginia – Amerika Serikat (1994).


Walaupun sudah punya Greencard(ijin tinggal dan bekerja di Amerika Serikat), Yohanes Surya pulang ke Indonesia dengan tujuan ingin mengharumkan nama Indonesia melalui olimpiade fisika (semboyannya waktu itu adalah “Go Get Gold”) serta mengembangkan fisika di Indonesia.

Pulang dari Amerika, disamping melatih dan memimpin Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI), Yohanes Surya menjadi pengajar dan peneliti pada program pasca sarjana UI untuk bidang fisika nuklir (tahun 1995 –1998). Dari tahun 1993 hingga 2007 siswa-siswa binaannya berhasil mengharumkan nama bangsa dengan menyabet 54 medali emas, 33 medali perak dan 42 medali perunggu dalam berbagai kompetisi Sains/Fisika Internasional. Pada tahun 2006, seorang siswa binaannya meraih predikat Absolute Winner (Juara Dunia) dalam International Physics Olympiad (IphO) XXXVII di Singapura.

Sejak 2000, Yohanes Surya banyak mengadakan pelatihan untuk guru-guru Fisika dan Matematika di hampir semua kota besar di Indonesia, di ibukota kabupaten/kotamadya, sampai ke desa-desa di seluruh pelosok Nusantara dari Sabang hingga Merauke, termasuk pesantren-pesantren. Untuk mewadahi pelatihan-pelatihan ini Yohanes Surya mendirikan Surya Institute. Surya Institute kini sedang membangun gedung TOFI center yang akan menjadi pusat pelatihan guru maupun siswa yang akan bertanding di berbagai kejuaraan sains/fisika.

Yohanes Surya merupakan penulis produktif untuk bidang Fisika/Matematika. Ada 68 buku sudah ditulis untuk siswa SD sampai SMA. Selain menulis buku, ia juga menulis ratusan artikel Fisika di jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional, harian KOMPAS, TEMPO, Media Indonesia dan lain-lain. Ia juga pencetus istilah MESTAKUNG dan tiga hukum Mestakung, serta pencetus pembelajaran Gasing (Gampang, Asyik, Menyenangkan).

Selain sebagai penulis, Yohanes Surya juga sebagai narasumber berbagai program pengajaran Fisika melalui CD ROM untuk SD, SMP dan SMA. Ia juga ikut memproduksi berbagai program TV pendidikan diantaranya “Petualangan di Dunia Fantasi”, dan “Tralala-trilili” di RCTI.

Di luar aktifitasnya di atas, Yohanes Surya berkiprah dalam berbagai organisasi internasional sebagai Board member of the International Physics Olympiad, Vice President of The First step to Nobel Prize (1997-sekarang); Penggagas dan President Asian Physics Olympiad (2000-sekarang); Chairman of The first Asian Physics Olympiad, di Karawaci, Tangerang (2000); Executive member of the World Physics Federation Competition; Chairman of The International Econophysics Conference 2002; Chairman the World Conggress Physics Federation 2002; Board of Experts di majalah National Geographic Indonesia serta menjadi Chairman of Asian Science Camp 2008 di Denpasar, Bali. Selama berkarir di bidang pengembangan fisika, Yohanes Surya pernah mendapatkan berbagai award/fellowship antara lain CEBAF/SURA award AS ’92-93 (salah satu mahasiswa terbaik dalam bidang fisika nuklir pada wilayah tenggara Amerika), penghargaan kreativitas 2005 dari Yayasan Pengembangan Kreativitas, anugerah Lencana Satya Wira Karya (2006) dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Pada tahun yang sama, ia terpilih sebagai wakil Indonesia dalam bidang pendidikan untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush. Pada tahun 2007, beliau menulis buku "Mestakung: Rahasia Sukses Juara Dunia" yang mendapatkan penghargaan sebagai penulis Best Seller tercepat di Indonesia. Dan tahun 2008 mendapat award sebagai Pahlawan Masa Kini pilihan Modernisator dan majalah TEMPO. Yohanes Surya juga mendapatkan banyak penghargaan dari Menpora, Radio Elshinta, Harian Merdeka, Metro TV Award, Penghargaan "Icon anak Muda" dari Radio Trax FM, Koran Jakarta Award dan Penghargaan Harian Republika sebagai "Tokoh perubahaan 2009

Yohanes Surya adalah guru besar fisika dari Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Ia pernah menjadi Dekan Fakultas Sains dan Matematika Universitas Pelita Harapan; Kepala Promosi dan Kerjasama Himpunan Fisika Indonesia (2001-2004), juri berbagai lomba sains/matematika (XL-com, L’oreal, UKI dsb), anggota Dewan Kurator Museum Iptek Taman Mini Indonesia Indah, salah satu founder The Mochtar Riady Institute, anggota Dewan Wali Amanah Sekolah Tinggi Islam Assalamiyah Banten dan kini Prof. Yohanes Surya menjabat sebagai Rektor Universitas Multimedia Nusantara (Kompas Gramedia Group) serta aktif mengkampanyekan Cinta Fisika (Bali Cinta Fisika, Kalbar Cinta Fisika dsb) diseluruh Indonesia.

Sejak tahun 2009 Prof. Yohanes Surya bekerjasama dengan pemda daerah-daerah tertinggal mengembangkan matematika GASING (Gampang Asyik dan menyenangkan), dimana anak-anak daerah tertinggal itu dapat belajar matematika dengan mudah. Siswa yang dianggap "bodoh" ternyata mampu menguasai matematika kelas 1-6 SD dalam waktu hanya 6 bulan. Program ini sekarang sedang diimplementasikan diberbagai daerah tertinggal terutama di Papua.(***)

Quote:
Carikan saya anak yang paling bodoh dari Papua, akan saya latih

Anak kelas 2 SD dari Papua yang sudah tinggal kelas 4 kali, jadi Juara matematika tingkat nasional, dan juara membuat robot!

Prof. Yohanes Surya PhD. yang dilahirkan di Jakarta 6 Nopember 1963 ini, tidak asing lagi bagi telinga kita karena telah melahirkan segudang prestasi ditingkat internasional. Profesor lulusan College of William and Mary, Jurusan Fisika dari USA, dibawah bimbingan beliau, pelajar dari Indonesia telah mmapu berbicara di tingkat dunia. 54 medali emas, 33 medali perak dan 43 medali perunggu telah diraih pelajar indonesia didalam berbagai lomba olimpiade tingkat internasional. Bahkan pada tahun 2006, Pelajar Indonesia menjadi juara dunia, mengalahkan 86 negara.

Hari ini beliau banyak berbincang dengan anggota PPI Kyoto, di Universitas Kyoto, Jepang. Beliau bercerita rahasia resepnya untuk menjadi seorang pengajar yang luar biasa. Mengapa luar biasa? tentu saja, karena sudah membuat Pelajar Indonesia menjadi Juara Dunia di bidang Fisika.

Tetapi yang menarik buat saya adalah, beliau mengatakan bahwa orang Indonesia itu cerdas, jika diberi kesempatan dan dilatih dengan baik. Beliau mengatakan, ”tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanya anak yang tidak mendapat kesempatan belajar dari guru yang baik dan metode yang benar.” Untuk membuktikan pendapatnya ini, maka beliau pergi ke Papua untuk mencari murid yang paling bodoh, yang paling sering tinggal kelas, yang tidak bisa menjumlahkan, pokoknya yang bodohnya tak ketulunganlah kata orang Jakarta.

Mereka dibawa ke Jakarta, dalam tempo 6 bulan anak anak itu sudah menguasai pelajaran kelas 1 sampai kelas 6 SD. Ada satu orang anak yang sudah 4 tahun tinggal kelas di kelas 2 SD, dilatih kemudian menjadi juara nasional untuk olimpiade matematika, dan juga menjadi juara lomba membuat robot tingkat nasional. Banyak dari antara anak anak papua yang paling bodoh itu, yang kampungnya paling terpencil, dimana semua orang masih pakai koteka, setelah di latih oleh guru yang baik dan metode yang benar, setelah di beri kesempatan, maka pada tahun 2011, anak-anak itu menjadi juara Olimpiade Sains dan Matematika Asia , dengan merebut emas, perak dan perunggu.

Masih sungguh banyak prestasi yang dicapai Sang Guru ini, yang tak mungkin saya ceritakan dalam tulisan singkat ini. Tetapi cukuplah mewakili bahwa dengan memberi kesempatan bagi anak anak dari desa terpencil di Indonesia, mereka bisa menjadi Juara Dunia.

Prof. Yohanes Surya PhD, setelah menyelesaikan studinya di USA, beliau sempat kerja disana dan ditawari berbagai hal menarik supaya tetap di USA. Tetapi beliau memilih untuk pulang ke Indonesia untuk berbuat sesuatu. Beliau punya mimpi 15 tahun kedepan untuk mendidik anak-anak Indonesia yang paling tertinggal didaerah daerah, sehingga mereka menjadi Doktor (PhD), 30000 doktor, yang disebar diseluruh pelosok negeri. Jika ini terwujud, maka Indonesia akan bisa berbicara di Tingkat Internasional, bahkan kita akan bisa bertanding dengan negara maju seperti USA.

Jika anak-anak Papua bisa menjadi juara olimpeade fisika, juara olimpiade matematika, Juara membuat robot, maka semua anak-anak Indonesia yang paling bodoh sekalipun diseluruh nusantara, jika diberi kesempatan dan dibimbing dengan metode yang benar, maka sangat mungkin menciptakan 30000 doktor yang tersebar diseluruh Indonesia, ketika itu terjadi maka kemajuan negeri kita akan sama dengan USA, bahkan seperti pelajar Indonesia yang juara Olipiade Fisika, maka kita bisa jadi juara dunia, semua mungkin jika kita berusaha. Mestakung, kata beliau, semesta akan mendukung jika kita berusaha.

Apa rahasianya menjadi guru yang baik? Guru yang baik adalah guru yang bisa menginspirasi para muridnya, guru yang baik adalah guru yang bisa mengajarkan muridnya dengan mudah, ceria dan senang. Metode yang diyakininya ini ternyata telah berhasil dengan luar biasa. Selain menjadi Juara Dunia di bidang Fisika dan Matematika, sudah banyak anak didiknya menjadi ilmuwan dan PhD terkemuka didunia. Satu lagi kita sudah menjadi lawan yang tangguh di bidang matematika dan fisika. Seumpama ini adalah pertandingan bola, maka kita adalah Brazil atau Jerman. Lawan yang sudah ditakuti lawan sedunia.


sumber : kaskus.co.id HotThread 16 April 2014

 

Silahkan login untuk meninggalkan balasan.

Pesan

Notifikasi