Pesan untuk Orang Tua yang Anaknya Gagal Masuk Sekolah Favorit
Dewi Masitoh (1,266)
694 10 14-03-2013
0 suka
04-07-2019, 10:38:42

haibunda.com -  Orang tua milenial cenderung cemas dengan masa depan anaknya. Tak jarang mereka berlomba-lomba mendidik anaknya untuk bisa menjadi yang terbaik. Hal tersebut diungkap psikolog anak dari Tiga Generasi, Saskhya Aulia Prima.

Saskhya menyebutkan, salah satu hasil riset menyatakan orang tua khawatir dengan masa depan. Zaman sekarang saja banyak pekerjaan yang tak menentu, apalagi kelak saat anak-anaknya dewasa.

"Orang tua sekarang tuh wajar ya (kecewa dengan kegagalan) karena beli rumah saja susah ya para orang tua milenial ini. Pekerjaan selalu enggak pasti, jadi mikir, 'Anak kita pasti bakal lebih parah.' Itu (hasil) risetnya kayak gitu," ujar Saskhya.


Jadi kata Saskhya, orang tua memang sangat selektif untuk melihat kondisi anaknya sekarang kayak, 'Gimana sih kok dia enggak bisa, kok dia kayak gitu'. Itu salah satu concern utamanya.

Selain itu, Saskhya memberi saran, sebaiknya orang tua butuh punya support group yang bermakna. Jadi enggak cuma ajang pamer nilai, tapi juga bisa kasih info satu sama lain.

"Cari yang cocok dengan pendekatan emosional, kayak, 'Kita senang-senang deh, jalan-jalan' supaya ada me time, tapi ada juga me time-nya yang diskusi sekolah anak ke depannya kayak gimana. Support group itu penting banget supaya keep the parents sane (waras)" kata Saskhya.

Saskhya menambahkan, orang tua perlu belajar untuk open minded, bahwa semua anak itu berbakat. Namun, tinggal cara mengembangkannya saja. Semua tergantung kepribadian, karakteristik anaknya.

"Kemampuan anaknya apa, bakatnya dia seperti apa. Kalau semuanya dilewati tetap enggak bisa, sudah terlalu stres, terus kita udah terlalu cemas parenting kita bakal sering marah-marah kan? Cukup ketemu dengan profesional (psikolog atau terapis), sebenarnya sumber stresnya apa sih," tutur Saskhya.

Saskhya bilang, terkadang ibu-ibu itu enggak cuma pikirkan anaknya, tapi dirinya juga takut dicap jelek sama orang, di-mom shaming atau bahkan dihantui pertanyaan oleh mertua 'Kok jadi ibu kayak gini sih?'.

"Mungkin ada problem lain di luar anaknya sendiri harus berprestasi. Makanya harus ditanyakan lagi, 'Ini prestasi kebutuhan saya atau kebutuhan anak saya?', supaya kita bisa berpikir lagi ke sana. Tetap habis itu balik ke support kalau enggak bubar deh," kata Saskhya.

Lalu, bagaimana supaya kita enggak merasa tertekan di lingkungan kompetitif? Selain kita perlu banyak baca, kita butuh social media detoks atau mungkin detoks lainnya, Bun. Kalau memang itu penting banget, ya harus dilakukan.

Satu lagi, yang perlu diingat itu setiap anak itu beda, sama-sama ranking satu, tapi mungkin kepintarannya berbeda. Yang susah sekarang itu memang social comparison (dibanding-bandingkan). Ada baiknya kita off dulu dari media sosial, karena kita jangan kejar FOMO (Fear of Missing Out)-nya lagi tapi JOMO-nya (Joy of Missing Out), biar batinnya ter-refresh dan enggak mikir macam-macam.

Simak juga tips agar anak mau belajar di rumah di video berikut, Bun.

sumber : https://www.haibunda.com/parenting

 

Silahkan login untuk meninggalkan balasan.

Pesan

Notifikasi