Digitalisasi dan Dunia pendidikan
(243)
4 1 19-07-2016
1 suka
22-11-2016, 14:53:54
http://cdn.img.print.kompas.com/getattachment/9c166aa1-d7cd-45bf-8745-112b1239ca4f/169340 Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah merasuk ke berbagai dimensi kehidupan, termasuk pendidikan. Kemajuan teknologi tersebut, terutama internet, menjanjikan banyak hal dalam dunia pendidikan jika pemanfaatannya dioptimalkan. Pertumbuhan angka penduduk yang mengakses internet cukup pesat di Indonesia. Simaklah angka-angka yang bersumber dari Kementerian Komunikasi dan Informatika. Pengguna internet di Indonesia meningkat dari 74 juta orang pada 2013 menjadi 111 juta orang pada 2014. Kementerian itu berkomitmen, 50 persen dari total penduduk Indonesia, yakni sekitar 125 juta penduduk, dapat menjangkau internet pada 2015. Mari kita fokus pada akses internet di dunia pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencatat, 117.277 sekolah, sekitar 50 persen dari 234.919 sekolah, dari jenjang pendidikan dasar hingga sekolah menengah di Indonesia telah mengakses internet pada pertengahan 2014. Peningkatan akses idealnya diiringi dengan pemanfaatan secara produktif dalam dunia pendidikan. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi mampu menciptakan revolusi belajar. Teknologi tersebut mampu menjadi sumber belajar yang tidak terbatas. Selain pelajaran dari guru di kelas, jurang antara murid dan ilmu pengetahuan ikut dijembatani oleh ketersediaan konten pendidikan dan informasi. Ketersediaan informasi itu membantu murid dalam memahami tidak hanya bidang yang dipelajari, tetapi juga pandangan akan dunia dan lingkungannya. Di era digital, murid hidup dalam dunia yang terus-menerus terkoneksi. Mereka hidup di dalam ruang-ruang media sosial (bahkan bisa lebih lama ketimbang berada di ruang kelas). Revolusi dalam pendidikan juga dapat dicapai lewat bantuan teknologi informasi dan komunikasi karena individu dapat belajar sesuai kecepatannya. Konten-konten interaktif digital juga memberi kesempatan murid untuk terlibat dalam metode-metode pembelajaran tertentu. Materi belajar dapat diarsip dan dimuat dalam gawai, lalu dikantongi. Konten digital juga memungkinkan anak untuk memilih hal yang ingin didalami. Ada demokratisasi dalam belajar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, misalnya, telah menyiapkan konten berbentuk gambar, audio, animasi, video, dan buku internet yang akan menjadi bahan pembelajaran murid melalui internet. Hingga kini tercatat sekitar 70.000 konten. Konten itu diharapkan akan membantu murid yang berada di daerah untuk dapat mengakses ilmu yang sama dengan di kota. Pemerataan akses Salah satu masalah besar dalam dunia pendidikan yang dapat dipecahkan oleh kehadiran teknologi informasi dan komunikasi adalah pemerataan akses. Terlebih Indonesia merupakan negara kepulauan dengan tingkat kesulitan geografis berbeda-beda antarwilayah. Para murid di daerah pedalaman, tertinggal, atau dengan kondisi khusus, seperti terpaksa bekerja membantu keluarga, misalnya, kerap terkendala untuk datang ke sekolah. Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi, baik dalam jaringan seperti internet maupun luar jaringan, yang memungkinkan informasi mengalir tak terkekang ruang dan waktu, dapat membantu pemerataan akses pendidikan bagi warga dengan kondisi khusus itu. Namun, untuk mencapai pemerataan akses pendidikan itu, tentu pembangunan infrastruktur serta sarana teknologi informasi dan komunikasi harus dimulai dari daerah, termasuk kawasan tertinggal dan terpencil. Di daerah-daerah itulah murid masih berjuang mencapai sekolah. Setibanya murid di sekolah, guru belum tentu ada. Kalaupun ada guru, tak ada jaminan mumpuni dalam mengajar. Di tempat-tempat itu, kehadiran internet akan membantu menciptakan revolusi belajar. Kenyataannya, baru beberapa daerah yang telah menjangkau internet dengan baik, yakni Jawa (75 persen) dan Sumatera (67 persen). Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ari Santoso menyatakan, infrastruktur untuk internet belum terpenuhi di beberapa daerah, khususnya wilayah timur Indonesia (Kompas, 11/3). Dengan demikian, kehadiran teknologi informasi dan komunikasi lagi-lagi hanya dinikmati mereka yang berada di perkotaan atau pusat-pusat kemajuan. Masalah lain, guru-guru juga masih gamang menggunakan teknologi itu dalam mendukung pembelajaran. Dari total sekitar 3 juta guru di Indonesia, baru ada sekitar 10.000 guru master, yakni guru yang telah mendapatkan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi serta dapat melatih guru lain. Baru sekitar 90.000 guru yang benar-benar aktif menggunakan internet sebagai teknologi pembelajaran. Tampaknya untuk menciptakan revolusi belajar lewat kemajuan teknologi dan komunikasi masih dibutuhkan upaya keras. Selain menyediakan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, diperlukan literasi media baru itu bagi para guru, orangtua, dan murid. Sumber; http://print.kompas.com/baca/opini/duduk-perkara/2015/03/17/Digitalisasi-dan-Dunia-pendidikan

 

Silahkan login untuk meninggalkan balasan.

Pesan

Notifikasi